Selasa, 03 Maret 2009

AKU BANGGA MENJADI ANAK GUNUNG KAWI. (Matoha)

Seringkali saat saya berkenalan dengan orang-orang di manapun tempatnya, ketika saya menyebut bahwa saya berasal dari Gunung Kawi, hanya 1 (satu) dari 100 (seratus) orang yang mimik wajah / warna mukanya terlihat biasa-biasa saja. Yang 99 (sembilan puluh sembilan) menurut saya ada rasa yang kurang bersahabat. Nampaknya mereka belum pernah berkunjung ke Gunung Kawi - Malang.
Yang kebanyakan pada saat berkenalan langsung nyrocos , ooo Gunung kawi yang tempat untuk mencari pesugihan itu. ada yang bilang, ooo Tempatnya Tuyul, tempat mistik, Kapan-kapan saya datang mau cari Nomor togel, takut "ah" berkunjung ke Gunung Kawi-bisa jadi wadal.
Ada juga yang bilang Wah "telo" - ne enak ya !!!.

Itu baru beberapa komentar orang-orang yang pernah berkenalan pertama kali dengan saya.
Ya... wajarlah mereka mengatakan begitu. Karena mereka belum pernah berkunjung ke Gunung Kawi. Mereka mendengar cerita itu dari teman-temannya / sanak keluarganya nota bene yang bercerita juga dari omongan orang lain. Mereka sendiri juga belum pernah datang sendiri ke Gunung Kawi.

Tapi apapun yang dikatakan orang-orang kepada saya, kebanggaan saya sebagai orang yang terlahir di Gunung Kawi, tepatnya di Jalan Sumber Manggis - Gunung Kawi tidak akan pernah pudar.

Apa yang dikatakan tentang Gunung Kawi seperti saat saya berkenalan dengan orang-orang tersebut diatas, sama sekali tidak benar.

Gunung Kawi adalah sebuah tempat yang aslinya bernama Desa WONOSARI tempat dimakamkan 2(dua) tokoh Islam yaitu : "Eyang Djoego" dan "RM. Iman Soedjono"

Saking terkenalnya ketokohan beliau pada masa hidupnya, setiap hari di Gunung Kawi selalu didatangi pengunjung dari beberapa kalangan, suku, agama, dan ras. Itu menunjukkan bahwa makam beliau berdua tak ubahnya seperti makam raja-raja atau tokoh-tokoh yang pada masa hidupnya dengan ikhlas menolong sesamanya. Sehingga sampai meninggalpun banyak orang yang mengagumi dan mendo'akan agar arwahnya diterima disisi Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk itu jangan ragu-ragu untuk datang ke Gunung Kawi.
Buktikan sendiri apa yang ada di Gunung Kawi,
Kegiatan apa yang dilakukan pengunjung / wisatawan ke Gunung Kawi
Dan bagaimana keberadaan Masyarakat Gunung Kawi,

saya siap menjelaskan lebih gamblang tentang keberadaan Makam Eyang Djoego dan RM. Iman Soedjono.

sampai disini dulu ungkapan kebanggan saya sebagai anak asli Gunung Kawi.
Untuk lebih jelasnya Hubungi Nomor telpon : (0341) 370608 HP. 081334701707

Amin....................


3 komentar:

  1. Mas Matoha Yth,
    Saya pernah beberapa kali berkunjung ke Gunung Kawi dan juga pernah menginap beberapa hari disebuah hotel di sana.
    komentar saya, daerahnya sejuk, tenang, baksonya enak dan masyarakatnya juga ramah tamah, tapi sayang "Tourist Guide"nya itu loh Mas..... aduh parah banget. Dan menurut informasi yang saya terima dari masyarakat setempat, pengurus2 yayasan yang mengelola pesarean Gunung Kawi juga kurang rukun alias sikut2an, mereka pada berebut kedudukan. mungkin terjangkit virus kekuasaan ya Mas....?(ini katanya loh Mas, benar tidaknya Wallohu A'lam)
    Saran saya, mungkin di area wisata ritual Gunung Kawi perlu adanya standar tarif untuk jasa layanan "Tourist Guide" sehingga peziarah yang datang ke sana tidak terjebak dengan tarif yang mencekik. Dan untuk pengurus2 yayasan sebaiknya jangan meng komersilkan wisata ritual lah, lagian ini kan makam dari para leluhur yang harus kita hormati dan kita do'akan arwahnya bukan justru di komersilkan, Pamali euy.
    Tujuannya, Peziarah yang pernah datang kesana tidak kapok untuk datang lagi, dan Pesarean Gunung Kawi tetap ramai dikunjungi Peziarah dari berbagai pelosok tanah air, dengan begitu tetap bisa mendatangkan berkah bagi masyarakat Gunung Kawi yang pada akhirnya juga tetap bisa menggerakkan roda perekonomian masyarakat Gunung Kawi.
    Terima kasih Mas Matoha.

    Salam,
    Armand, Bandung.

    BalasHapus
  2. Pak toha saya boleh minta not lagu buto kolo?

    BalasHapus